*TENTANG DOA IFTITAH*
Assalamu'alaikum wr., Pak Ustadz maaf mau nanya, kalau Takbiratul ihram, ada yang baca "inni wajahtu" dan seterusnya, ada juga yang tidak pakai "inni", langsung "wajjahtu wajhiya" dan seterusnya, yang benar yang mana, apakah dua-duanya benar, soalnya saya untuk menyampaikan lagi, Terimakasih Pak Ustadz. (Soal WAG, Sabtu, 15-4-2017)
*Jawaban:*
Wa'alaikumussalam wr.wb.
بسم اللّٰه الرحمن الرحيم. الحمد لله والصلاة والسلام على سيدنا محمد صلى اللّٰه عليه وسلم نبي الرحمة، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه، وبعد...
Ibu Siti (Tangerang Selatan) yang menanyakan tentang bacaan doa iftitah, semoga ditambahkan pemahaman keagamaan yang baik, manfaat dan barakah.
Doa iftitah disunahkan dibaca setelah mengucapkan Takbiratul Ihram dalam shalat dan sebelum membaca surat Al-Fatihah. Tetapi doa iftitah tidak disunahkan dalam shalat jenazah atau shalat gaib, karena untuk meringankan bacaannya.
Bacaan doa iftitah ini ada beberapa bahkan banyak redaksi yang berbeda. Tidak kurang terdapat sekitar 10 (sepuluh) redaksi doa iftitah.
Menurut Imam Nawawi Albantani, dalam kitabnya _Nihâyat al-Zain,_ (hlm. 62) disunahkan beberapa redaksi doa iftitah tersebut digabungkan, bagi orang yang shalat sendirian (munfaridan), dan bagi imam yang jamaah shalatnya rela dengan bacaan panjang doa iftitah tersebut.
Beberapa redaksi tersebut boleh dibaca dengan dimulai dari redaksi yang manapun dari beberapa redaksi doa iftitah tersebut.
Sungguhpun demikian, menurut tatacara bacaan doa iftitah yang dikemukakan oleh Hujjatul Islam Imam Alghazali dalam kitabnya _Bidâyat al-Hidâyah,_ dalam syarahnya karya Syaikh Muhamad Nawawi al-Jawi, _Syarh Murâqî al-'Ubûdiyyah 'alâ Matn Bidâyat al-Hidâyah,_ hlm. 47, ketentuan urutan bacaan doa iftitah sebagai berikut:
Membaca:
اَللّٰهُ أَكْبَرٌ كبيرًا والحمد لله كثيرا وسبحان اللّٰه بكرة وأصيلا
Kemudian membaca:
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ للذي فطر السماوات والأرض حنيفا مسلما وما أنا من المشركين، إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين، لا شريك له وبذالك أمرت وأنا من المسلمين.
Adapun tentang lafaz ْإِنِّي (Innî...) yang artinya "sungguh aku" sebelum lafaz _wajjahtu_.... itu tidak terdapat dalam tuntunan doa iftitah dalam kitab-kitab fikih Shafiiyah yang mu'tabarah (dijadikan rujukan/pedoman hukum yang otoritatif/layak), seperti kitab _I'ânat al-Thâlibîn, Hâsyiyat al-Bâjûrî,_ dan _Tanwîr al-Qulub._ Demikian pula kata "Innî" tersebut tidak terdapat dalam kitab _al-Fiqh 'alã al-Madzâhib al-Arba'ah_ (Fikih Empat Madzhab) . Tambahan kata "Innî" tersebut memang sudah populer dan lazim kita amalkan sebagaimana diajarkan kepada kami, bahkan mungkin mayoritas kita semua, sejak kecil.
Lafaz "Innî" tidak mengapa ditambahkan, karena tidak mengurangi arti, tetapi justru memperteguh artinya. Bila bacaan tersebut ditambahi lafaz "Innî" menjadi:
إِنِّيْ وَجَّهْتُ وجهي للذي فطر السماوات والأرض حنيفا مسلما وما أنا من المشركين.
Bacaan lengkap di atas, dengan diawali lafaz "Innî" tersebut hampir mirip dengan Alquran, yaitu QS al-An'am (6): 79, hanya dalam ayat ini tidak terdapat lafaz مسلما (musliman).
Sungguhpun demikian, sebaiknya mengikuti bacaan doa iftitah yang diajarkan oleh Nabi SAW sebagaimana tersebut dalam kitab Shahih Muslim. Bacaan doa iftitah dalam redaksi hadis tersebut tidak menggunakan lafaz "Innî", dan inilah yang disebutkan dalam kitab-kitab fikih yang mu'tabarah tersebut.
Wallahu a'lam bis-Shawwâb.
Demikian, penjelasan singkat, agar dapat dipahami dan diamalkan.
هدانا اللّٰه وإياكم أجمعين
Semoga Allah SWT memberikan hidayah (petunjuk dan pertolongan melaksanakan kebaikan) kepada kita semua. Amîn.
Tangerang, Ahad malam Senin, 20 Rajab 1438-16 April 2017.
Akhûkum filLâh wa-al-faqîr ilâ rahmatih,
*Ust. Ahmad Ali MD, MA.*
_Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PWNU Banten, Divisi Kaderisasi dan Penguatan SDM Lembaga Dakwah PBNU._
Assalamu'alaikum wr., Pak Ustadz maaf mau nanya, kalau Takbiratul ihram, ada yang baca "inni wajahtu" dan seterusnya, ada juga yang tidak pakai "inni", langsung "wajjahtu wajhiya" dan seterusnya, yang benar yang mana, apakah dua-duanya benar, soalnya saya untuk menyampaikan lagi, Terimakasih Pak Ustadz. (Soal WAG, Sabtu, 15-4-2017)
*Jawaban:*
Wa'alaikumussalam wr.wb.
بسم اللّٰه الرحمن الرحيم. الحمد لله والصلاة والسلام على سيدنا محمد صلى اللّٰه عليه وسلم نبي الرحمة، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه، وبعد...
Ibu Siti (Tangerang Selatan) yang menanyakan tentang bacaan doa iftitah, semoga ditambahkan pemahaman keagamaan yang baik, manfaat dan barakah.
Doa iftitah disunahkan dibaca setelah mengucapkan Takbiratul Ihram dalam shalat dan sebelum membaca surat Al-Fatihah. Tetapi doa iftitah tidak disunahkan dalam shalat jenazah atau shalat gaib, karena untuk meringankan bacaannya.
Bacaan doa iftitah ini ada beberapa bahkan banyak redaksi yang berbeda. Tidak kurang terdapat sekitar 10 (sepuluh) redaksi doa iftitah.
Menurut Imam Nawawi Albantani, dalam kitabnya _Nihâyat al-Zain,_ (hlm. 62) disunahkan beberapa redaksi doa iftitah tersebut digabungkan, bagi orang yang shalat sendirian (munfaridan), dan bagi imam yang jamaah shalatnya rela dengan bacaan panjang doa iftitah tersebut.
Beberapa redaksi tersebut boleh dibaca dengan dimulai dari redaksi yang manapun dari beberapa redaksi doa iftitah tersebut.
Sungguhpun demikian, menurut tatacara bacaan doa iftitah yang dikemukakan oleh Hujjatul Islam Imam Alghazali dalam kitabnya _Bidâyat al-Hidâyah,_ dalam syarahnya karya Syaikh Muhamad Nawawi al-Jawi, _Syarh Murâqî al-'Ubûdiyyah 'alâ Matn Bidâyat al-Hidâyah,_ hlm. 47, ketentuan urutan bacaan doa iftitah sebagai berikut:
Membaca:
اَللّٰهُ أَكْبَرٌ كبيرًا والحمد لله كثيرا وسبحان اللّٰه بكرة وأصيلا
Kemudian membaca:
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ للذي فطر السماوات والأرض حنيفا مسلما وما أنا من المشركين، إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين، لا شريك له وبذالك أمرت وأنا من المسلمين.
Adapun tentang lafaz ْإِنِّي (Innî...) yang artinya "sungguh aku" sebelum lafaz _wajjahtu_.... itu tidak terdapat dalam tuntunan doa iftitah dalam kitab-kitab fikih Shafiiyah yang mu'tabarah (dijadikan rujukan/pedoman hukum yang otoritatif/layak), seperti kitab _I'ânat al-Thâlibîn, Hâsyiyat al-Bâjûrî,_ dan _Tanwîr al-Qulub._ Demikian pula kata "Innî" tersebut tidak terdapat dalam kitab _al-Fiqh 'alã al-Madzâhib al-Arba'ah_ (Fikih Empat Madzhab) . Tambahan kata "Innî" tersebut memang sudah populer dan lazim kita amalkan sebagaimana diajarkan kepada kami, bahkan mungkin mayoritas kita semua, sejak kecil.
Lafaz "Innî" tidak mengapa ditambahkan, karena tidak mengurangi arti, tetapi justru memperteguh artinya. Bila bacaan tersebut ditambahi lafaz "Innî" menjadi:
إِنِّيْ وَجَّهْتُ وجهي للذي فطر السماوات والأرض حنيفا مسلما وما أنا من المشركين.
Bacaan lengkap di atas, dengan diawali lafaz "Innî" tersebut hampir mirip dengan Alquran, yaitu QS al-An'am (6): 79, hanya dalam ayat ini tidak terdapat lafaz مسلما (musliman).
Sungguhpun demikian, sebaiknya mengikuti bacaan doa iftitah yang diajarkan oleh Nabi SAW sebagaimana tersebut dalam kitab Shahih Muslim. Bacaan doa iftitah dalam redaksi hadis tersebut tidak menggunakan lafaz "Innî", dan inilah yang disebutkan dalam kitab-kitab fikih yang mu'tabarah tersebut.
Wallahu a'lam bis-Shawwâb.
Demikian, penjelasan singkat, agar dapat dipahami dan diamalkan.
هدانا اللّٰه وإياكم أجمعين
Semoga Allah SWT memberikan hidayah (petunjuk dan pertolongan melaksanakan kebaikan) kepada kita semua. Amîn.
Tangerang, Ahad malam Senin, 20 Rajab 1438-16 April 2017.
Akhûkum filLâh wa-al-faqîr ilâ rahmatih,
*Ust. Ahmad Ali MD, MA.*
_Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PWNU Banten, Divisi Kaderisasi dan Penguatan SDM Lembaga Dakwah PBNU._
Tidak ada komentar:
Posting Komentar