Minggu, 19 Februari 2017

Tentang Hari yang Dianjurkan untuk Mencukur Rambut dan Memotong Kuku

Tentang Hari yang Dianjurkan untuk Mencukur Rambut dan Memotong Kuku

Sahabat Musyafa' yang menanyakan tentang hari yang dianjurkan untuk mencukur rambut dan memotong kuku, semoga ilmunya manfaat dan berkah.

Menyukur rambut dan memotong/menggunting kuku kedua tangan dan kaki, merupakan bagian dari kesunahan di hari Jumat. Demikian juga memotong/menggunting atau mencukur kumis, memotong/menggunting atau mencukur jenggot, juga mencabut bulu ketiak, serta mencukur rambut kemaluan, bagi selain orang yang sedang ihram (haji/umrah), dan selain orang yang akan berkurban/menyembelih hewan kurban, disunahkan di pagi hari Jumat (sebelum matahari tergelincir/waktu zhuhur, Jumatan). Disunahkan pula aktifitas itu dilakukan di hari Kamis dan Senin, bukan di hari selain ketiga hari ini.

Demikian ini berdasarkan ittibâ' (mengikuti tuntunan Nabi SAW dan para sahabat).

Dalil-dalilnya hadis berikut, sebagaimana dikutip dalam kitab  Hâsyiyat I'ânat al-Thâlibîn, juz II, hlm. 84-85:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ: كَانَ يُقَلِّمُ أَظْفَارَُه وَيَقُصُّ شَارِبَهُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ قَبْلَ أَنْ يَّخْرُجَ إِلَى الصَّلَاةِ (أَخْرَجَهُ الْبَزَّارُ وَالطَّبْرَانِيُّ فِي اْلأَوْسَطِ).

Dari Abu Hurairah r.a. Bahwa Rasulullah SAW memotong kukunya, menggunting jenggotnya pada hari Jumat sebelum keluar menuju salat --Jumat (HR al-Bazzâr dan al-Thabrânî)

عن عائشة رضي اللّٰه عنها أن النبي صلى اللّٰه عليه وسلم قال: من قلم أظفاره يوم الجمعة وقي من السوء إلى مثلها (رواه الطبراني).

Dari 'Âisyah r.a. Bahwa Nabi SAW bersabda: Siapa pun yang memotong kukunya di hari Jumat, maka ia dipelihara dari keburukan sampai Jumat berikutnya (HR al-Thabrânî)

عن نافع أن عبد اللّٰه بن عمر كان يقلم أظفاره ويقص شاربه في كل جمعة (رواه البيهقي).

Dari Nâfi' bahwa Abdullah bin Umar memotong kukunya, menggunting kumisnya pada setiap Jumat (HR al-Baihaqî).


عن سفيان الثوري أنه كان يقلم أظفاره يوم الخميس فقيل له غدا يوم الجمعة، فقال: السنة لاتؤخر (رواه عبد الرزاق).

Dari Sufyan al-Tsaurî bahwa ia memotong kukunya pada hari Kamis, dikatakan padanya, 'besok hari Jumat', ia berkata: Sunah itu janganlah diakhirkan! (HR al-Razzâq).

عن أبي هريرة رضي اللّٰه عنه [من أراد أن يأمن الفقر وشكاية العمى والبرص والجنون: فليقلم أظفاره يوم الخميس بعد العصر (أخرجه الديلمي في مسند الفردوس).

Dari Abu Hurairah r.a.: Siapapun yang ingin aman dari kefakiran, dan kebutaan/kerasnya hati, penyakit barash (lepra, kusta) dan gila, maka hendaklah ia memotong kukunya pada hari Kamis setelah Ashar (HR al-Dailamî dalam Musnad al-Firdaus)

Tata cara menggunting atau mencukur kumis dan jenggot itu, tidak semuanya, makruh digunting atau dicukur semuanya.

Hendaknya memotong kuku _(qashsh al-azhfâr)_ itu dilakukan sepuluh hari sekali, dan mencukur rambut kemaluan _(halq al-'ânah)_ itu empat puluh hari sekali, sesuai dengan adat kebiasaannya dan yang sepatutnya. Intinya, bila telah panjang rambut atau kuku tersebut hendaknya dipotong atau dicukur.

Tatacara memotong kuku menurut pendapat yang mu'tamad (dijadikan pegangan hukum) sebagai berikut:

Dimulai dari jari kedua tangan: yaitu dimulai dari jari telunjuk kanan, jari tengah, jari manis, jari kelingking kemudian jempol kanan. Selanjutnya jari kelingking kiri, jari manis, jari tengah, telunjuk kemudian diakhiri jempol kiri.

Selanjutnya jari kelingking kaki kanan, jari manis, jari tengah, telunjuk, jempol kanan, kemudian jempol kiri hingga jari kelingking kiri.

Demikian, ketentuan dalam mazhab Syafiiyah.

Sumber: Hâsyiyat I'ânat al-Thâlibîn karya Abû Bakr al-Masyhûr bi-al-Sayyid Bakrî ibn al-Sayyid Muhammad Syathâ' al-Dimyâthî, Juz II, hlm. 84-85; Hâsyiyat al-Bâjûrî 'alâ Ibn Qâsim al-Ghazî karya Syaikh Ibrâhîm al-Bâjûrî, Juz I, hlm. 221-222; Al-Fiqh 'alâ Madzâhib al-Arba'ah karya 'Abd al-Rahmân al-Jazâ'irî, Juz II, hlm. 37-38.

هدانا اللّٰه وإياكم أجمعين
Moga manfaat dan berkah bagi kehidupan, amîn.

Tangerang, Kamis, 29 Rabiul Awal 1438~29 Desember 2016

Akhûkum fillâh,

Ustadz Ahmad Ali MD, MA.
Pusat Kajian dan Konsultasi Agama (PusaKA) Madania Tangerang, Ketua ICMI Kota Tangerang Bidang Pendidikan dan Dakwah, Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masa'il (LBM) PWNU Banten, Divisi Kaderisasi dan Penguatan SDM Lembaga Dakwah PBNU, Dosen STAINU Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar