Jumat, 15 Januari 2010

Berislam Secara Islami

Berislam Secara Islami
Oleh Ahmad Ali MD

Seringkali kita saksikan di berbagai media massa, banyak terjadi kasus-kasus yang menimpa saudara-saudara kita yang beragama Islam, jauh dari ajaran Islam. Mulai dari fenomena maraknya kuis ramalan yang mengganggu keimanan, permainan judi, pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, korupsi, pertengkaran suami isteri hingga perceraian, terorisme, tindakan kekerasan dan pengrusakan (fasad/ifsad) atas nama agama, dll. Dus, banyak orang berislam tapi tidak secara Islami; menjadikan Islam sebagai agamanya, namun berperilaku tidak islami, jauh dari ajaran-ajaran Islam yang mulia.

Ajaran Islam yang mulia ini tercakup dalam misi Nabi Muhammad s.a.w.: membawa rahmat bagi alam semesta (QS. al-Anbiya’:170) dan membentuk akhlak yang mulia (HR. Malik bin Anas dan Ahmad bin Hanbal).

Bagaimana seharusnya berislam secara islami itu? Dalam hal ini al-Qur’an surat al-Nisa’ ayat 125: Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang mengislamkan (ikhlas menyerahkan) dirinya (kemuliaannya) kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus... Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya. Ayat di atas mengajarkan kepada kita, bahwa orang yang terbaik agama islamnya adalah orang yang mengislamkan dirinya (kemuliannya) kepada Allah, lagi berbuat kebaikan, serta mengikuti tauhid dan ajaran Islam yang dibawa Nabi Ibrahim yang lurus, yang kemudian diteruskan oleh Nabi Muhammad s.a.w.

Secara lebih detail agar berislam secara islami, haruslah terpenuhi hal-hal berikut. Pertama, berilmu, karena menjadi kewajiban setiap mukallaf, orang yang baligh dan berakal sehat, sepanjang hayat. Kedua, berkomitmen (al-mujahadah) untuk menjalankan ajaran Islam secara benar. Ajaran-ajaran Islam ini tampak, misalnya dalam QS. Al-Maidah: 35, yang berisi tiga perintah: (1) Taqwallah (bertakwa kepada Allah): komitmen dalam meninggalkan segala yang menyimpang dari ajaran Islam, atau mengerjakan apa-apa yang diperintahkan Agama dan meninggalkan larangan-larangan yang diharamkannya. (2) Ibtigha’a al-wasilah: menapaki jalan yang mendekatkan diri kepada Allah. Wasilah ialah ma yuqarribuna ilallah min tha`atih: segala bentuk ketaatan apa saja secara mutlak yang dapat mendekatkan kita kepada Allah. Misalnya shadaqah, shilaturrahim, dan memperbanyak dzikir. (3) Jihad fi sabilillah: berjuang dalam jalan-jalan yang diridhai Allah, yaitu jalan-jalan kebaikan dan kemaslahatan, bukan jalan-jalan yang mengantarkan kepada terorisme, kerusakan/pengrusakan, karena Tuhan tidak menyenangi orang-orang yang berbuat kerusakan.

Disarikan dari Khutbah Jum'at

Tidak ada komentar:

Posting Komentar