HIJRAH, TAHUN BARU
DAN BELA NEGARA
Khutbah Jum’at
Oleh Ust. Ahmad Ali MD, MA
di Masjid Jâmi`
al-Arsyad
Paburan Sibang,
Pabuaran Karawaci
Kota Tangerang
Banten
26 Dzulhijjah 1431 H.
3 Desember
2010 M.
Khutbah Pertama
السلام عليكم ورحمة
الله وبركاته
الحمد لله الواحد القهار، العزيز الغفار، مكور الليل على
النهار، تذكرة لأولى القلوب والأبصار، وتبصرة لذوي الألباب والإعتبار. أشهد أن لا
إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله سيد
الخلائق والبشر. أللهم صل وسلم على سيدنا محمد وأله وصحبه الأطهار. أما بعد.
فياأيها
المسلمون! أوصيكم ونفسي بتقوى الله وطاعته فقد فاز من اتقى. فقال الله تعالى في
كتابه الكريم في سورة البقرة: أعوذ بالله
من الشيطان الرجيم،
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا
فِي سَبِيلِ اللهِ أُوْلاَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللهِ وَاللهُ غَفُورُُ
رَّحِيمُُ .
Hijrah, Tahun Baru dan Bela Negara
Ma`âsyiral Muslimîn Rahimakumullâh
Pada kesempatan yang mulia ini marilah
kita tingkatkan kualitas keimanan kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang berhijrah,
yakni berpindah dari segala kerendahan kepada keluhuran, dari kebodohan kepada
kealiman, dari kemaksiatan kepada ketaatan, dan dari kedurhakaan kepada ketakwaan.
Sebentar lagi, di Bulan Desember ini,
kita akan memasuki tahun baru Hijriah 1432, yang kemudian pula akan disusul
dengan tahun baru Masehi 2011. Tidak terasa kita bertambah umur semakin tua
pada satu sisi, dan berkurang jatah umur kita pada sisi yang lain.
Tahun hijriyah adalah sistem kalender atau
penanggalan Islam, dimulai dengan Bulan Muharram, yang dibuat pada masa
Khalifah ‘Umar bin al-Khattab, menandai peristiwa hijrahnya Nabi SAW dari
Makkah ke Yasrib-Madinah. Dari peristiwa sejarah ini kita diingatkan pada suatu
peristiwa yang monumental, yaitu perjalanan hijrahnya Nabi, kiprah dan peran beliau
dalam meletakkan dasar-dasar kehidupan ber-masyarakat, berbangsa, dan bernegara
yang populer dengan sebutan Piagam Madinah atau Konstitusi Madinah.
Di tempat transitnya, sebelum sampai
di Madinah, di Qubâ’ Nabi membangun Masjid Qubâ’, dan ketika sampai di
Yasrib-Madinah, pun beliau juga membangun masjid yang dikenal dengan Masjid
al-Nabawî. Dari sini jelas, bahwa pertama-tama yang diajarkan Nabi adalah tauhîd
disertai dengan membangun sarana dan juga simbol tauhîd, kesatuan
dan persatuan untuk beribadah dan bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, bukan
semata-mata individual namun justeru secara berjamaah (kolektifitas). Hal itu
sesuai dengan penegasan surat al-Taubah ayat 108:
.... لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ
أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيه ...
”….Sesungguhnya masjid yang didirikan atas
dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang
(beribadah) di dalamnya...” (QS. al-Taubah: 108)
Masjid, sejak masa Nabi dan
hingga kini, bagi umat Islam mempunyai kedudukan dan peran yang istimewa dalam
berbagai aspek kehidupan. Namun saat ini kedudukan masjid di tanah air, pada
umumnya, lebih sebagai sebuah simbol tempat aktivitas ibadah mahdhah, khususnya
shalat. Padahal fungsi dan peran masjid bukanlah sekadar itu. Masjid menjadi
tempat yang strategis dan demokratis untuk kegiatan yang maslahat. Dikatakan
strategis dan demokratis karena semua orang bisa masuk masjid, tanpa ada diskriminasi,
seperti sistem penjenjangan atau levelisasi kelas; dari anak-anak, remaja,
dewasa hingga orang tua; baik laki-laki maupun perempuan; kaya maupun miskin;
dst. Keterbelakangan umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu
indikatornya, bisa dilihat dari optimal atau tidaknya fungsi dan peran masjid. Justru
ironis, jika masjid dijadikan sarana provokasi kemandekan berpikir kreatif yang
positif, menyebarkan radikalisme atau premanisme dan terorisme. Dari sini perlu
dan penting dilakukan revitalisasi fungsi dan peran masjid dalam konteks
kekinian. Revitalisasi peran masjid itu dilakukan dengan cara-cara: pertama,
improvisasi model dakwah yang progresif, humanis, dan transformatif. Ini
untuk menciptakan suasana yang harmonis, damai antara sesama umat Islam dan
dengan umat lainnya. Juga untuk menghadang lajunya premanisme, radikalisme,
terorisme, dan kekerasan dalam berbagai bentuknya. Karena ini juga merupakan
jihad perdamaian (peaceful jihad). Kedua,
meningkatkan peran masjid dalam kerangka meningkatkan kualitas pendidikan
umat. Karena dengan pindidikan manusia akan tercerahkan dan terarah jalan
kehidupannya. Dan tentunya yang ketiga, meningkatkan dan mengoptimalkan
peran masjid sebagai sarana pemberdayaan dan peningkatan kualitas ekonomi umat,
khususnya jamaah masjid. Untuk itu perlu diperhatikan kondisi jamaah masjid:
bagaimana keadaan pemenuhan kebutuhan pokoknya, masjid bisa menjadi sarana pemberdayaan
ekonomi dhu’afâ’ melalui optimalisasi fungsi dan manfaat zakat, infaq
dan shadaqah.
Saudara-Saudara Kaum
Muslimin Rahimakumullah
Setelah diawali dengan membangun
masjid, di Madinah, tempat hijrah Nabi, kemudian beliau membangun sebuah Negara Islam berdaulat
zaman itu. Dalam membangun Madinah beliau membuat Piagam Madinah. Yaitu sebuah
perjanjian tertulis antara Nabi dengan penduduk Madinah yang beragam background
dan agamanya dalam kerangka membangun dan menjaga Negara Madinah. Kemudian
Madinah menjadi tempat terpeliharanya keragaman atau masyarakat majemuk
(pluralis), yang dipersatukan dengan Piagam Madinah.
Secara singkat, Piagam Madinah itu
memuat dasar-dasar dan prinsip-prinsip hidup bermasyarakat dan bernegara, yang
berisi dua hal pokok. Pertama,
umat Islam, baik imigran (muhâjirûn) maupun penduduk pribumi (anshâr),
yang terdiri dari berbagai suku, adalah satu umat, satu komunitas (ummatan
wâhidah), sehingga mereka harus bersatu.
Kedua, sesama muslim dan hubungan antara komunitas Islam dan komunitas lain berdiri
di atas lima prinsip: (1) bertetangga dengan baik; (2) satu sama lain saling
membantu, termasuk dalam hal menghadapi musuh bersama; (3) membela mereka yang
teraniaya; (4) satu sama lain saling menasihati dalam kebaikan; dan (5) saling
menghormati agama masing-masing.
Dalam konteks Indonesia, Piagam
Madinah itu telah mengilhami lahirnya Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa
Indonesia, sebagaimana yang dirumuskan dalam Piagam Jakarta. Dengan demikian
Pancasila adalah selaras dengan ajaran Islam sebagaimana yang dirumuskan dalam
Piagam Madinah.
Piagam Madinah pun saat ini relevan
dijadikan pelajaran di tengah-tengah sering terjadinya tindakan premanisme,
anarkhisme, perkelahian, dan pertikaian antara kelompok, terorisme dsb. Piagam
Madinah juga menjadi relevan dengan butir penting dalam amanat UUD 1945 tentang
bela atau pembelaan Negara, yang merupakan upaya membina potensi SDM (sumber daya manusia) agar mampu
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Kewajiban bela Negara itu
sebagaimana tercantum dalam pasal 27 ayat (3): ”Setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” dan pasal 30 UUD 1945: ”Tiap-tiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan
Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang”
Yang
dimaksud bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan
negara yang seutuhnya.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya merupakan bentuk
kesediaan untuk berbakti pada negara dan berkorban membela negara. Spektrum
bela negara itu begitu luas, mulai dari yang paling halus, hingga yang paling
keras: dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal
ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan
berbuat yang terbaik bagi bangsa dan Negara.
Maka dari itu, hijrah, dan tahun baru Hijriyah,
mengingatkan kita pada warisan monumental Nabi SAW berupa Piagam Madinah yang
hendaknya dapat kita terapkan dalam konteks bela negara, sehingga kita bisa
optimis menatap masa depan Indonesia yang lebih cemerlang, maju, dan
bermartabat, bahkan di tingkat regional dan global. Amîn. Semoga pula kita menjadi
orang yang panjang usianya, panjang umurnya, dan yang baik amal perbuatannya. Amîn.
Sebagai penutup khutbah ini marilah kita ikuti firman Allah
SWT dalam surat al-Ahzab (33) ayat 21:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا.
Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.
بارك الله لي ولكم بالقرءان العظيم ونفعني وإياكم بما فيه
من الآيات والذكر الحكيم
وتقبل الله منا ومنكم
تلاوته إنه هو السميع العليم.
Khutbah Kedua
الحمد لله، نحمده نستعينه ونستهديه، ونعوذ بالله من شرور
أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، أللهم صل وسلم على سيدنا محمد خير خلقه وأله وصحبه ومن
اتبع الإسلام دينا. أما بعد.أيها الناس! أوصيكم ونفسي بتقوى الله وطاعته
فقد فاز المتقون.
فقال الله تعالى إرشادا وتعليما.
إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين أمنوا صلوا
عليه وسلموا تسليما.
أللهم صل على سيدنا محمد وعلى أل سيدنا محمد كما صليت على
سيدنا إبراهم وعلى أل إبراهم، وبارك على سيدنا محمد وعلى أل سيدنا محمد، كما
باركت على سيدنا إبراهم وعلى أل إبراهم في
العالمين إنك حميد مجيد.
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات
الأحياء منهم والأموات وارحمهم إنك مجيب
الدعوات يا قاضي الحاجات. اللهم أعز الإسلام والمسلمين. اللهم أصلح ولاة
المسلمين بما فيه صلاح الإسلام و المسلمين.
ربنا أتنا من لدنك رحمة وهيء لنا من أمرنا رشدا. ربنا لاتزغ قلوبنا بعد اذ هديتنا
وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب. ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين
واجعلنا للمتقين إماما. ربنا أتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب
النار.
عباد الله إن الله يعمر بالعدل والإحسان
وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون،
فاذكرواالله العظيم يذكركم واشكروه على نعم
يزدكم واسئلوا من فضله يعطكم ولذكر الله أكبر.
-------
Posted
on Friday, Dzulhijjah 26, 1431/December 3, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar